Sebagai orang tua, rasa was-was sekaligus khawatir pasti ada saat membaca berita ternyata banyak anak di Indonesia yang mengalami stunting. Meskipun itu bukan hal yang baru terjadi, tetap saja membuat kita khawatir. Bisa dipastikan, tak ada orangtua yang rela apalagi ingin melihat anaknya mengalami stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Beberapa penyebab stunting ialah Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
Hal ini tentu menjadi perhatian dari berbagai pihak. Termasuk dalam Webinar Cegah Stunting Selalu Penting dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional ke-62.
Cegah Stunting Selalu Penting, Peringatan Hari Gizi Nasional Ke-62
Setiap tanggal 25 Januari, masyarakat Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional. Hari Gizi Nasional adalah sebuah momentum untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya penerapan gizi seimbang guna kualitas kesehatan yang lebih baik.
Pada Webinar Hari Gizi Nasional yang bertemakan 'Cegah Stunting Selalu Penting', dibuka oleh Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Dr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA dan dihadiri juga oleh Ketua Dewan Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenkes RI, Ibu Ida Budi G Sadikin.
Webinar Cegah Stunting Selalu Penting ini menghadirkan 3 narasumber, yaitu : Perwakilan dari UNICEF Indonesia, Unilever dan dari Tanoto Foundation.
Di Indonesia, survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 24,4%. Riskesdas 2018 menyebutkan prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8% dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, stunting adalah adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Gangguan ini menimbulkan masalah pada pertumbuhan yang menyebabkan tinggi badan sang anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari rata-rata teman-teman seusianya.
Masalah stunting bisa diatasi dengan melakukan berbagai cara pencegahan, salah satunya adalah dengan memenuhi ketercukupan gizi pada usia kehamilan. Pada masa menyusui, seorang ibu pun perlu memberikan asi eksklusif sampai bayi berusia enam bulan.
Selain itu, pemantauan kondisi gizi anak juga harus diperhatikan agar apabila terlihat tanda-tanda ketidaknormalan bisa langsung segera diatasi. Terakhir, kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal tak boleh luput dari perhatian. Lingkungan yang tidak sehat bisa menimbulkan penyakit yang dapat memicu masalah pada ketercukupan gizi anak.
Ninik Sukotjo - UNICEF Indonesia, Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Optimal untuk Cegah Stunting
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Optimal untuk Cegah Stunting.
Mengapa PMBA penting dalam 1000 HPK?
Data Global, Stunting meningkat secara cepat pada rentang usia 6–23 bulan. Data Indonesia, Stunting meningkat secara cepata pada rentang usia 6–23 bulan.
Kebutuhan Gizi anak usia 0-23 bulana sangat tinggi:
• Periode pertumbuhan pesat
• Pertumbuhan otak hingga 75% ukuran
otak dewasa
• Lebih dari 1 juta koneksi saraf dibentuk
setiap detik
• Berat badan meningkat 4x lipat
• Tinggi badan meningkat hingga 75%
Rekomendasi UNICEF & WHO: Standar Emas PMBA :
• Inisiasi Menyusu Dini
• ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama
• Pemberian MP-ASI berkualitas pertama pada saat bayi usia 6 bulan
✓ Memperkenalkan MP-ASI terlalu dini meningkatkan risiko kontaminasi patogen dan mengganti
pemberian ASI dengan nilai gizi tinggi
✓ Memperkenalkan MP-ASI yang terlambat membuat bayi tidak mendapatkan zat gizi yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang
• Terus menyusui hingga anak berusia dua tahun atau lebih dengan MP-ASI yang tepat dan berkualitas.
Penurunan Angka Menyusui Pada Masa Pandemi: Pembelajaran dari Global
1. Berbagai pendapat terkait keamanan menyusui. Sejak awal, WHO/UNICEF menganjurkan IMD dan menyusui dengan melakukan prokes yang tepat. Saat ini, semua telah sepakat bahwa IMD dan menyusui penting dilakukan/ diteruskan pada masa pandemi
2. Pesan yang tidak seragam (dan hoax) menyebabkan ketakutan pada orang tua sehingga mereka memutuskan untuk berhenti menyusui.
3. Minimnya konseling karena PPKM dan Social Distancing
4. Ibu dan nakes merasa teknik menyusui lebih mudah dipahami bila dilakukan secara tatap-muka, tidak secara virtual.
Pesan Kunci Dalam Mengatasi Stunting
• Konsumsi makanan bergizi secara rutins (setiap kali makan).
• Perbanyak konsumsi buah dan sayur untuk meningkatkan imunitas.
• Hindari makanan tinggi Gula Garam Lemak (ultra-processed food).
• Aktivitas Fisik dan perbanyak minum air putih.
• Lakukan kegiatan menyenangkan bersama keluarga (memasak bersama, berkebun bersama, dll)
Peran Unilever dalam Mengedukasi Masyarakat tentang Gizi Seimbang -Andriyani Wagianto (Nutrition and Health Manager Southeast Asia)
Untuk mentransformasi sistem pangan yang berkelanjutan, Unilever telah memperkuat kembali komitmennya dalam hal nutrisi :
Isi Piringku disesuaikan dengan yang diperlukan oleh tubuh si Kecil yaitu : 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk protein, dan 2/3 buah dan 2/3 sayur, serta segelas air putih dan juga segelas susu yang disukai si Kecil.
“Artinya remaja sehat bergizi baik kemudian calon pengantin yang sehat dan bergizi baik merupakan langkah awal mencegah anak stunting,” ucap Budi Gunadi Sadikin.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, bahwa pencegahan stunting dimulai dari porsi isi piring dengan kandungan gizi seimbang, salah satunya untuk pembentukan kolagen bagi kebutuhan tulang rawan.
Tetapi secara umum kalau sudah makan 3 jenis lauk pauk setiap hari maka semua kebutuhan asam amino esensial untuk pembentukan kolagen sudah terpenuhi.
Kandungan gizi seimbang bisa didapatkan dari pangan yang banyak beredar di masyarakat.
Untuk ibu hamil atau sebelum bayi lahir pangan yang dianjurkan setiap kali makan adalah ikan minimal 4 kali seminggu dengan porsi minimal 75 gr – 100 gr, 1-2 butir telur sehari, susu, pangan hewani, dan lauk pauk.
Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof Dr. Hardiansyah.
Pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI, berbagai MP ASI, telur setelah 1 tahun 1 butir sehari kalau setelah 6 bulan antara setengah sampai satu butir telur sehari, kemudian diberi susu pertumbuhan, pangan hewani, dan lauk pauk.
Pangan gizi seimbang berdasarkan Permenkes nomor 41 tahun 2014, antara lain ;
Bagi ibu hamil
Pada makan pagi terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, gula 1 porsi, lemak 1 porsi, dan air putih atau air mineral 2 porsi. Kemudian makanan selingan pagi yaitu makanan pokok 1/2 porsi, buah 1 porsi, dan air minum 1 porsi.
Untuk makan siang terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 2 porsi, buah 1 porsi, lemak 2 porsi, dan air putih 2 porsi. Untuk makanan selingan siang terdiri dari makanan pokok ½ porsi, gula 1 porsi, air putih 1 porsi.
Selanjutnya untuk makan malam terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, lemak 1 porsi, susu 1 porsi, air minum 2 porsi.
1 porsi makanan pokok seperti nasi sebanyak 100 gr atau 1 piring sedang dan dapat diganti dengan ubi jalar kuning 1 buah ukuran sedang atau 135 gr.
Lauk hewani merupakan 1 porsi ikan pepes 45 gr atau 1 potong ukuran sedang. Lauk hewani bisa diganti dengan daging ayam 1 potong ukuran sedang 40 gr.
Lauk nabati bisa dengan 1 porsi tempe goreng 50 gr atau 1 potong ukuran sedang. Lauk nabati dapat diganti dengan tahu 2 potong ukuran sedang 100 gr.
Untuk sayuran bisa dengan 1 porsi sayur bayam 100 gr sebanyak 1 mangkok kecil atau dapat diganti dengan kacang panjang 1 gelas sayuran 100 gr.
Kebutuhan buah bisa dengan 1 porsi pisang ambon 50 gr atau 1 buah pisang ukuran sedang, dapat diganti dengan jeruk manis 1 buah ukuran sedang sebanyak 100 gr.
Selanjutnya untuk minuman terdiri dari 1 porsi susu atau air putih satu gelas 250 ml.
Bagi bayi
Usia 0 – 24 bulan harus diberi ASI, bayi pada usia 6 – 9 bulan mulai diberi MP ASI berupa makanan lumat, pada usia 9 – 12 bulan diberi MPASI makanan lembek.Pada usia 12 – 24 bulan mulai diberi makanan keluarga.
Frekuensi makan bagi bayi per hari usia 6 – 9 bulan sebanyak 2 – 3 kali makanan lumat + 1 – 2 kali makanan selingan ditambah ASI. Jumlah setiap kali makan terdiri dari 2 – 3 sendok makan penuh setiap kali makan dan tingkatkan secara perlahan sampai setengah dari cangkir mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan.
Pada usia 9 – 12 bulan diberi 3 – 4 kali makanan lembek + setengah kali makanan selingan ditambah ASI. Porsi makanan sebanyak setengah mangkuk ukuran 250 ml.
Selanjutnya untuk bayi usia 12 – 24 bulan sebanyak 3 – 4 kali makanan keluarga ditambah 1 – 2 kali makanan selingan plus ASI. Jumlah setiap kali makan sebanyak ¾ mangkuk ukuran 250 ml.
Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Stunting?
Faktor berat badan ibu hamil dan bayi lahir mempengaruhi stunting
Calon ibu hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum hamil dan rutin melakukan pemeriksaan saat hamil. Ibu hamil perlu perhatikan penambahan berat badan yang cukup. Saat bayi lahir ketika bertambah umur harus bertambah berat badan supaya pertambahan panjang atau tinggi badan bayi tidak mengalami gangguan.
Ketika bayi lahir yang harus diperhatikan ibu adalah berat badan bayi minimal di atas 2,5 kg dengan panjang badan di atas 47 cm. Seorang ibu juga wajib memberikan ASI eksklusif yaitu diberikan sampai 6 bulan, kalau tidak diberikan ASI eksklusif dan anak pernah diare berkali-kali itu sudah pertanda akan terjadi gangguan stunting kalau tidak segera diatasi.
Masalah Gizi : Obesitas
Untuk obesitas, pahami penyebab obesitas atau kegemukan. Obesitas bukan hanya disebabkan karena kurang aktivitas fisik dan makanan, tapi banyak penyebabnya. Kalau pada orang dewasa atau remaja obesitas bisa bisa karena stres yang menimbulkan inflamasi, inflamasi menimbulkan penumpukan lemak. Selain itu kurang tidur atau kelebihan tidur yang meningkatkan hormon ghrelin jadi pembawaannya lapar.
Upaya Pencegahan Stunting.
Dalam jangka panjang stunting dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung.
Untuk itu perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik. Gizi seimbang bermakna luas berlaku pada semua kelompok umur.
Penerapan gizi seimbang dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.
Intervensi cegah stunting fokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan.
Ada 6 intervensi yaitu :
1. Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
2. Promosi dan konseling menyusui
3. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A
5. Penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan
6. Tatalaksana gizi buruk
Jadi peran ibu sangatlah penting dalam intervensi ini terutama menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir.
Anak sebagai tunas bangsa diharapkan menjadi anak-anak Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur penerus cita-cita perjuangan bangsa. Agar tumbuh kembang anak optimal, orang tua juga harus dibekali dengan pengetahuan mengenai gizi anak dan keluarga. Asupan gizi yang tepata bagi anak merupakan penentu masa depan, apakah anak akan menjadi generasi yang produktif atau menjadi generasi dengan beban berbagai penyakit.
Yuk, Cegah Stunting Sejak Dini!
Cegah Stunting Selalu Penting!
3 komentar:
makasih infonya...jadi tahu dan mungkin nanti juga bisa sharing ke orang lain mengenanai penting nya gizi buat kita terutama anak2..
Wah nambah ilmu nih, makasih banyak loh bun infonya.
Terimakasih ilmunya sangat bermanfaat, nambah wawasan baru nih
Posting Komentar