Rabu, 30 Oktober 2024

Revo Suladasha, Sukses Menggandeng UMKM Kuliner Yogyakarta

Source foto : Satu Indonesia Awards

Kulineran adalah satu hal penting yang tidak boleh terlewatkan, terutama jika sedang traveling ke daerah-daerah di Indonesia. Cita rasa makanan yang kaya rempah menjadi satu alasan kuat bagi wisatawan untuk menikmati masakan khas daerah selagi berkunjung.

Siapa sih yang gak suka kulineran?  Sebagian besar pasti akan menjawab "ya", termasuk aku nih.  


Dikutip dari Kuliner Bergizi Berbasis Budaya, Dr. Sunarto Kadir, Drs, M.Kes (2022:25), wisata kuliner adalah perjalanan wisata yang berkaitan dengan masak-memasak. Untuk itu, jika melipir ke resto makanan daerah setempat, jangan sampai kulineran terlewatkan.


Kota Yogyakarta jadi nostalgia tersendiri bagiku, pernah beberapa tahun tinggal di sana untuk menuntut ilmu,   beragam kulineran udah ku eksplor bersama teman-teman jaman kuliah.  Yah pastinya kita mencari kulineran yang murah dan ramah di kantong.  Namun sejak lulus kuliah tahun 2001 hingga kini belum pernah lagi menginjak Jogja yang bener-bener buat kulineran, paling hanya sambil lewat saja.  Duh jadi kangen banget sama semua yang ada di Jogja.


Pastinya banyak banget yang berubah, apalagi di bidang kulinernya.  Baik dari segi ragam varian kuliner juga dari cara pemasarannya.  Kalau semakin mudah dijangkau, maka akan semakin banyak peminatnya.  


Apalagi saat locdown beberapa waktu lalu yah, kita pasti merasakan, jangankan buat kulineran, yang bekerja saja di wajibkan buat WFH ( work From Home ), gak bisa kemana -mana dengan bebas.  Tapi untuk kebutuhan pangan akan terus berjalan bukan?  Kita membutuhkan makanan yang bisa disimpan, yang awet untuk beberapa waktu kedepan.  


Industri kuliner di Indonesia bukan hanya tentang makanan yang lezat dan beragam, tetapi juga tentang cerita inspiratif dari individu yang berdedikasi untuk mengangkat UMKM di dalamnya. Salah satu figur yang patut diperhatikan dalam perjalanan menuju transformasi positif industri kuliner adalah Revo Suladasha dan rekannya Eri Kuncoro.

               
Source foto : Kuliner Solo Raya 


Revo Suladasha , yang memiliki latar belakang bisnis di bidang food and beverage, berinisiatif untuk membuat Yuk Tukoni, sebuah marketplace berbagai kuliner hits Jogja dalam versi makanan beku. Makanan dikemas dengan kemasan  yang dapat disimpan cukup lama sehingga dapat dikirim ke luar kota.  Bersama kawannya Eri Kuncoro yang merupakan konsultan marketing, pada 

April lalu lahirnya Yuk Tukoni. 


Yuk Tukoni adalah sebuah platform inovatif yang menghubungkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kuliner di Indonesia dengan para konsumen yang mencari beragam hidangan lezat dari berbagai daerah. 


Yuk Tukoni didirikan untuk membantu UMKM yang terdampak selama masa pandemi. Selain itu, juga memudahkan pelanggan untuk emndapatkan makanan yang diinginkan ketika locdown.  


Revo melihat potensi besar dalam bisnis kecil-kecilan yang menjual makanan lezat dan tradisional. Beliau percaya bahwa UMKM kuliner memiliki potensi besar untuk berkembang, tetapi seringkali mereka menghadapi kendala dalam hal pemasaran, branding, dan akses ke sumber daya yang diperlukan.


Dengan adanya "Yuk Tukoni" makanan tradisional, makanan ringan khas daerah, hidangan eksotis, dan banyak lagi dapat ditemukan dengan mudah oleh konsumen dari seluruh penjuru negeri. 


"Yuk Tukoni" tidak hanya sebatas sebuah marketplace.  Akan tetapi adalah ekosistem yang mendukung para pelaku UMKM. Dengan akses yang lebih besar ke pasar, pelatihan, dan dukungan teknis, para pemilik bisnis kuliner UMKM dapat mengembangkan bisnis mereka dan menciptakan lapangan kerja.

               
Source foto : Kuliner Solo Raya 

Sampai kini, Yuk Tukoni sudah bekerja 

sama dengan 60 UMKM yang tersebar 

di Jawa Tengah, Madiun, dan Semarang. 

Yuk Tukoni sudah menjual 1.800 produk 

melalui platformnya.  Sebesar 50-60 persen dari total pemesanan berasal dari ibukota.


Seperti  yang di ceritakan oleh Eko, 

pemilik Mie Ayam Bu Tumini, salah satu 

UMKM yang memasarkan dagangannya 

lewat Yuk Tukoni cukup terbantu 

dengan kehadiran platform ini di tengah 

pandemi; biasanya dalam dua hari sekali, 

Yuk Tukoni membeli 200 bungkus mie 

ayamnya. Alasannya adalah Yuk Tukoni 

memiliki banyak pelanggan. Yuk Tukoni 

pernah kebanjiran pesanan hingga ratusan 

bungkus sampai-sampai mitra kewalahan 

memenuhi kebutuhan pasar. 


Selain itu, untuk melebarkan sayapnya dalam usaha pemberdayaan UMKM, Yuk Tukoni menyiapkan toko offline di di 

beberapa tempat. Mereka juga membuat 

workshop untuk UMKM agar dapat 

menjual produknya di tengah pandemi.


Revo Suladasha telah menjadi teladan bagi banyak orang dengan tekadnya untuk membantu memajukan UMKM kuliner di Indonesia. Revo telah membuktikan bahwa kesuksesan dalam bisnis kuliner bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang memberdayakan komunitas dan memperkaya budaya kuliner lokal.


Apa yang dilakukan oleh Revo ini, patutlah Ia meraih penghargaan bergengsi SATU Indonesia Awards 2020 kategori khusus "Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19".


Keberhasilan dan dedikasi Revo Suladasha adalah inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Ia membuktikan bahwa dengan pengetahuan, inovasi, kerja keras, dan semangat untuk berbagi kesuksesan dengan orang lain, kita dapat mencapai prestasi luar biasa dalam dunia bisnis.


Senin, 28 Oktober 2024

Anjani Sekar Arum , Si Batik Bantengan

Source foto : Malang Voice

Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi. Batik memiliki makna dan filosofi yang terkandung dalam corak dan ragamnya.


Memakai batik adalah simbol persatuan yang melampaui perbedaan sosial, baik kaya maupun miskin.   Setiap tahun Indonesia merayakan hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober  sebagus bentuk penghargaan  dan kebanggaan terhadap warisan budaya ini


Warisan budaya batik semakin diakui secara global, dan masyarakat Indonesia diharapkan untuk lebih percaya diri dalam memakai batik sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan budaya Indonesia.


Seperti yang dilakukan oleh Anjani Sekar Arum dari Batu, Malang, Jawa Timur. 

Usaha Anjani melestarikan budaya sembari di saat yang bersamaan mengangkat derajat ekonomi para pembatik muda yang membuatnya menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards di kategori Kewirausahaan pada tahun 2017.

                 
Source foto : Kompasiana.com

Masyarakat lereng pegunungan Jawa Timur (Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi, dan Raung-Argopuro) sejak masa Kerajaan Singasari memiliki seni budaya yang erat kaitannya dengan Pencak Silat. Namanya Bantengan. Di Batu, Bantengan berkembang di wilayah yang sekarang menjadi Desa Bumiaji.  Hingga saat ini Bantengan terus hidup di Batu. Budaya ini terjaga dengan baik.


Batik Bantengan adalah hasil gabungan 

dari bakat, keahlian, ketekunan, dan cinta.  Anjani Sekar Arum memulainya pada Agustus 2014 dengan mendirikan sanggar dan galeri batik Andaka di Kota Batu, Malang. Ia mendesain sendiri motif kain batik Bantengan.   Anjani Sekar Arum tumbuh di keluarga seniman. Selain pegiat seni budaya Bantengan, ayahnya seorang pelukis. Pun begitu dengan pamannya. Nenek Anjani seorang penari. Canggah-nya (orang tua dari buyut) seorang pembatik namun keahlian tersebut tidak diturunkan.  Namun pemikirannya sudah bulat: Bantengan harus menjadi motif batik.  Anjani mengasah keahliannya di  Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.dan mulai membatik pada 2010.


Kerja kerasnya belajar membatik tidak sia-sia. Skripsinya  yang membahas batik  dan batik-batik yang dia buat semasa kuliah dinilai tinggi oleh almamaternya


Seniman Gerakan Sosial

                 
Source foto : Kumparan 

Pada tahun 2014 ia bisa berpameran. Hal ini tentunya serta merta mengangkat derajat Batik Bantengan.  Dari 54 kain,  ia menyisakan satu lembar.


Alih-alih glamor, perjuangan Batik Bantengan Anjani Sekar Arum berjalan di tingkat akar rumput.  Ketika Istri Walikota Batu, Dewanti Rumpoko, mengajaknya pameran di Praha, Republik Ceko. Dua pekan menuju hari H, Anjani cuma sanggup membuat 10 lembar kain. Ternyata tidak mudah mencari pembatik yang tekun dan bagus. 


Pada 2015, ia bertemu dengan Aliya, gadis berusia 9 tahun yang tertarik mempelajari cara membatik.   Sejak itu, Anjani memilih melatih anak-anak menjadi pembatik di sanggarnya.  Sampai kini, sudah 58 anak yang belajar di sanggarnya, 28 di antaranya menjadi pembatik aktif. 


Setiap bulan, Sanggar Andana rata-rata menghasilkan 45 lembar kain batik. Setiap lembar dijual Rp 300 ribu-750 ribu.  Dari setiap batik yang terjual, hanya 10 persen yang masuk ke sanggar. Sisanya menjadi milik para pembatik muda, dan jumlahnya tidak sedikit karena batik Bantengan yang dihasilkan para pembatik muda di Sanggar Batik Tulis Andhaka berharga jutaan. Harga batik yang dihasilkan anak-anak asuh Anjani lebih tinggi daripada harga normal batik.


Memasyarakatkan motif baru tidak sesederhana menggelar pameran di dalam dan luar negeri  selain di ajang pameran besar dalam negeri, Batik Bantengan sudah dipamerkan di Ceko, Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Australia, 

.

Sejak 2017 Anjani bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Batu untuk memasyarakatkan Batik Bantengan. Dinas Pendidikan membagikan secara cuma-cuma peralatan membatik  yang harganya tidak murah kepada sekolah-sekolah berakreditasi A di Kota Batu, sementara Anjani menyediakan para pembatik muda di sanggarnya untuk menjadi pengajar ekstrakurikuler membatik di sekolah-sekolah terpilih.


Anjani mengatakan bahwa Bantengan itu asalnya dari leluhur, harus dilestarikan.  Jangan sampai diambil alih. Apalagi ia sebagai  pelestari budaya. Akhirnya melihat keunikan kesenian tersebut, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Bukan dalam hal komersil, tapi dijadikan ciri khas daerah.

Desa Bumiaji, sebagai desa wisata, memiliki semua hal yang dibutuhkan oleh seniman batik seperti Anjani.  Karenanya, kehadiran Anjani melengkapi yang membuat Bumiaji menawarkanwisata baru, yaitu Anjani dengan sanggar dan galerinya.


“Mempertahankan motif ini, menguatkan motif ini menjadi motif khas Batu, memang susah,” ujar Anjani. “Bertentangan dengan politik, dengan banyak hal. Mau tidak mau kita harus ‘perang’ dengan itu.”

Menurutnya, menurunkan keahlian membatik kepada generasi muda adalah cara melestarikan budaya.


Batik cap Banteng khas Kota Batu selayaknya patut dibanggakan.  Karena motif batik yang dicetuskan warga Desa Bumiaji, Kota Batu ini dikenal hingga internasional.


Pantaslah kalau usaha Anjani melestarikan budaya sembari di saat yang bersamaan mengangkat derajat ekonomi para pembatik mudanya ini membuatnya menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards di kategori Kewirausahaan pada tahun 2017.


Program yang  diinisiasi Astra untuk menjaring anak-anak muda Indonesia yang memiliki kegiatan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya di  seluruh Nusantara.

Jumat, 25 Oktober 2024

Mariana Yunita Hendriyani Opat - Pelopor Edukasi Hak Kesehatan Seksual Anak dan Remaja di NTT

Source foto: tanpabatas.com

Hak anak merupakan hak yang dimiliki oleh semua anak sejak didalam kandungan (usia 0-18 tahun).  Generasi muda saat ini banyak menghadapi tantangan. Di satu sisi, informasi kesehatan reproduksi yang menyesatkan dan film porno mudah diakses. Namun, layanan kesehatan reproduksi yang aman dan bermutu kurang.


Remaja dan pemuda menghadapi hambatan signifikan yang melemahkan hak dan kesehatan seksual dan reproduksi mereka termasuk kurangnya akses ke pendidikan seksualitas yang komprehensif dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang penting. 


Sebagai orang tua yang mempunyai anak remaja, saya juga merasakan bagaimana seharusnya anak bisa tahu dan mengerti tentang hak kesehatan seksualnya.


Tentunya hal seperti bisa terjadi dimana saja, seperti juga dengan anak-anak di Kupang, Nusa Tenggara Timur, membuat Mariana Yunita Hendriyani Opat, Penerima ApresiasiS ATU Indonesia Awards 2020 kategori kesehatan ini prihatin.


Mariana Yunita Hendriani Opat menemukan bahwa dari 500  remaja di NTT, sebagian besar tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan komunitas untuk menceritakan persoalan pendidikan seksual. Angka ini selaras dengan beragam persoalan lainnya seperti kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan luar nikah di kalangan remaja NTT.


Mariana Yunita Hendriani Opat, beliau merupakan founder Tenggara Youth Community, yakni organisasi kepemudaan yang berfokus pada isu hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR).  Komunitas Tenggara atau Tempat Gabungnya Gerakan Remaja lahir sebagai respon atas keresahan yang Mariana Yunita dan teman-temannya alami, yaitu karena belum adanya wadah untuk mempelajari pendidikan seksualitas yang komprehensif di NTT, terutama di wilayah Kupang dan sekitarnya.  Padahal, mereka meyakini bahwa hak kesehatan seksual dan reproduksi adalah dasar dari hak asasi manusia, apalagi kita sudah tidak asing lagi dengan slogan “Sexual Rights is Human Rights”.


Mariana Yunita Hendriani Opat  juga merupakan penyintas kekerasan seksual di masa remajanya.  Menurutnya, pendidikan seksualitas yang dilakukan di sekolah melalui mata pelajaran biologi atau penjaskes hanya menyentuh dasar-dasar tentang sistem reproduksi dan pengenalan terhadap perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan. Materi-materi tersebut belum sampai pada tahap mengenalkan anak kepada tubuhnya secara utuh.



Upaya Mengadakan Edukasi Kesehatan Seksualitas Komprehensif di NTT

             
                 
Source foto: Viva.co.id

Perempuan yang akrab disapa Tata ini bersama teman-temannya menginisiasi sebuah program yang bernama Bacarita Kespro.  Bacarita diambil dari bahasa setempat yang berarti bercerita, sedangkan Kespro merupakan akronim dari kesehatan reproduksi. Bacarita Kespro merupakan program edukasi kesehatan seksualitas komprehensif yang menyasar kalangan anak-anak dan remaja kategori PMSEU (poor, marginal, socially excluded, underserved) di daerah Indonesia Timur, khususnya NTT.


Program  Bacarita ini memberikan 

edukasi mengenai kesehatan seksual dan 

reproduksi untuk anak dan remaja berusia 7 hingga 24 tahun dengan materi yang berstandar WHO dan Kementerian Kesehatan.  Mereka melakukan pembelajaran tersebut dengan cara-cara yang seru dan tidak membosankan, serta menyesuaikannya dengan tingkat umur dan kebutuhan anak-anak.  


Metode pembelajaran inovatif yang dilakukan seperti  mendongeng, permainan edukasi dan penggunaan alat peraga.   


Komunitas yang berdiri sejak 2016 ini sudah mengedukasi 4.000+ remaja dan bekerjasama dengan lebih dari 30 komunitas di daerah NTT.

Lebih lanjut, untuk meluaskan akses edukasi pendidikan seksual, mereka 

berkolaborasi dengan BKKBN, Komisi 

Penanggulangan AIDS serta Woman for Indonesia.


Selain mengadakan edukasi tentang kesehatan seksualitas yang komprehensif, komunitas Tenggara juga berperan sebagai tempat yang aman bagi para penyintas kekerasan seksual untuk bercerita tanpa merasa dihakimi, karena terkadang mereka hanya butuh untuk didengarkan dan didukung.


Tantangan dan Harapan


                
Source foto: Tribun Medan 

Tata mengaku tidak mudah untuk menjalankan program edukasi ini. Banyak tantangan yang  beliau dan tim hadapi, terutama karena isu yang diangkat termasuk tabu di masyarakat. Sangat jarang orang yang berani berbicara tentang seksualitas di tempat umum. Kebanyakan dari mereka menganggap seksualitas adalah pornografi, sehingga pembicaraannya harus dihindari.


Tantangan lain datang dari tokoh agama setempat. Mereka malah berpendapat bahwa pembelajaran seksualitas malah akan menggiring anak-anak untuk melakukan seks bebas yang dilarang keras oleh agama.


Seiring berjalannya waktu, perjuangan yang Tata dan komunitasnya lakukan tidak sia-sia. Program ini telah membuka mata masyarakat sekitar mengenai pentingnya pendidikan seksualitas. Komunitas Tenggara pun tidak hanya melibatkan anak-anak, melainkan orang tua dan pendamping untuk diedukasi juga.


Tata dan teman-teman berharap dapat menyelesaikan modul tentang edukasi seksualitas yang sesuai dengan konteks lokal di daerahnya,  karena modul yang selama ini digunakan, meskipun berstandar WHO, tetapi dalam beberapa hal kurang cocok jika diterapkan di dawrahnya. 


Tata juga berencana akan membuat kurikulum tentang pendidikan seksualitas yang bekerja sama dengan pihak sekolah. Komunitas Tenggara pun akan meluaskan jangkauan kegiatan ini dengan memprioritaskan rural area dan menggandeng teman-teman tuli.


Semoga semangat Tata dalam melakukan kegiatan Bacarita Kespro dapat menginspirasi para pemuda di Indonesia untuk menciptakan program-program baru yang dapat berkontribusi pada pengembangan dan pembangunan masyarakat.


Menjadi pemenang pada ajang Satu Indonesia Awards 2020 yang diselenggarakan oleh Astra berdampak positif pada semakin dikenalnya komunitas ini oleh banyak pihak.


SATU Indonesia Awards merupakan dukungan Astra bagi generasi muda untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar. Program ini juga merupakan ajakan bagi masyarakat dan insan Astra untuk melaju bersama dalam menggapai cita-cita dan harapan


Apresiasi ini diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat melalui lima bidang, kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, teknologi serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut


Untuk informasi lebih lengkap tentang SATU Indonesia Awards dapat diakses melalui www.satu-indonesia.com.

Senin, 21 Oktober 2024

Keindahan Alam Dukuh Kemuning Jadi Sinar Kehidupan Warga

                 

Source foto : Star Jogja FM 

Dukuh Kemuning, nama kampung yang tak sepopuler tempat wisata Gunung  Kidul yang lain seperti Pantai Indrayanti, Pantai Siung, Pantai Wediombo, juga Goa Pindul, Gunung Api Purba Nglanggeran dan destinasi eksotis lainnya. Padahal, Kemuning memiliki potensi wisata yang luar biasa. 


Dukuh yang terletak di di Desa Bunder, Kecamatan Patuk Gunungkidul, Yogyakarta, walaupun tak setenar tempat wisata lain namun. dukuh ini menyimpan berbagai cerita menarik yang membuat kembali bersinar.


Dengan Keindahan alamnya yang ditawarkan,  

pemandangan alam yang sangat indah dengan hamparan alam terbentang luas dari dataran tinggi.   Suara burung, hempasan angin yang mengenai daun-daun pohon menjulang tinggi.  Hamparan hijau pohon tanpa bangunan rumah dan gedung ini merupakan nikmat tersendiri.

Hal inilah yang menjadikan Dukuh Kemuning ini dapat menjadi sinar kehidupan warganya.  Tak salah bila Dukuh Kemuning lantas dinobatkan sebagai salah satu Kampung Berseri Astra sejak tahun 2016 lalu.


Sebagai Penggerak KBA Dusun Kemuning, Pak Suhardi teringat kembali saat Astra belum masuk ke desanya ini, Dukuh Kemuning masih sangat tertinggal 


Astra masuk ke Dusun Kemuning dengan membawa 4 pilar yang sangat dirasakan warga sekitar. 4 pilar itu adalah pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan.

                 
Source foto : Tugu Jogja 

Warga Dukuh Kemuning  yang mayoritas petani, awalnya susah diajak untuk program lingkungan.  Setelah mendapatkan pendampingan dari Astra, seperti memberikan pelatihan pembuatan umpan pakan ternak ikan dan mengoptimalkan halaman rumah untuk sayuran dan hidroponik.  Termasuk mengelola bank sampah, Dukuh Kemuning saat ini bisa menghasilkan rupiah untuk Program Makanan Tambahan bayi dan lansia.


Sinar Matahari yang Membelah Kabut Kemuning


Kabut yang menyelimuti desa di tengah hutan itu pun mulai terbelah saat sinar mentari menembus dinding-dinding rumah warga.   Sinar matahari itu juga menghangatkan danau Kemuning tidak jauh dari desa.  Layaknya matahari yang selalu memberi kehidupan, Astra juga memberikan pendampingan di bidang wisata. Beberapa fasilitas di Telaga Kemuning merupakan bantuan dari Astra ini menjadi background wisata yang akan mengangkat ekonomi warga.

Source foto : Tugu Jogja 


Berjuang menjadi "ada"


Bersama harapan dan optimisme, Pak Suhardi bergerak bersama warga Kemuning  yang sudah  mulai  dikenal  oleh  banyak  orang,  bukan  hanya mayarakat lokal tetapi orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia. 


Tidak hanya itu, anak-anak Dukuh Kemuning juga dibekali kemampuan untuk melakukan kegiatan kesenian. Jadilah 

dukuh ini memiliki kelompok seni yang mendukung pengembangan wisata di sana. Mulai dari seni gamelan dan wayang kulit, kirab budaya, tari pasukan kuda lumping, hingga seni Jathilan. Mereka sangat antusias meneruskan tradisi leluhur. 


Sungguh sangat terharu melihat perjuangan Pak Suhardi, menggerakkan para warga Dukuh Kemuning.  Dengan tekad yang kuat,  perjuangan dari ‘tiada’ menjadi ‘ada’.  Yang cukup merasa sangat senang bisa dikenal dan dikunjungi , dengan kearifan lokal masyarakat dukuh yang tidak mengharapkan apa-apa.


Oase Gunung Sewu Kemuning


Optimisme pak Suhardi dan warga Kemuning yang menyemai menjadi sinar kehidupan juga merambah dunia digital.  Mereka gencar mempromosikan berbagai 

keunggulan di desanya.  Dan untuk kepentingan pemasaran di dunia maya, 

Dukuh Kemuning mengambil nama “Oase Gunung Sewu Kemuning" yang didasari dari hasil pencarian oleh mesin pencari di internet dengan kata kunci ‘Kemuning’ lebih banyak didominasi oleh kawasan  wisata kebun teh dan juga tanaman Kemuning itu sendiri.  Dimana ini adalah.hal yang barangkali tidak banyak dipikirkan oleh orang - orang dalam memasarkan sesuatu di dunia digital saat ini.

                   
Source foto : Pixabay

Kemuning yang  tadinya adalah dukuh terpencil , bersama dengan sosok Pak Suhardi sebagai penggerak KBA akan terus bersinar, tak ada lagi hambatan  berarti bagi mereka untuk menyemai asa hingga tumbuh rindang menaungi masa depan Kemuning.


ASTRA mengapresiasi orang-orang yang  berkontribusi dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan untuk kepentingan bersama yang lebih baik. Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia!


Untuk informasi lebih lengkap tentang SATU Indonesia Awards dapat diakses melalui www.satu-indonesia.com.

Jumat, 18 Oktober 2024

Jembatan Edukasi dan Informasi Seputar Autisme oleh Alvinia Christiany


Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan teman lama semasa SMA, karena rentang waktu yang lama tidak bertemu, saya  baru tahu anak pertamanya laki-laki dan  menderita "autis"


Saat berkesempatan berbicara dari hati ke hati, teman saya ini bilang, dari lahir anaknya ini sehat, montok bikin gemes dan tidak kurang suatu apapun , sampai usia 5 bulan tiba-tiba mengalami sakit panas dan kejang, namun terlambat di bawa ke dokter/medis, dan pada akhirnya seperti sekarang ini sampai usia di anak mencapai 19 tahun namun tidak mendapatkan penanganan berarti.


Teman saya ini cerita jaman dahulu kehidupan masih susah, jadi tidak bisa memberikan terapi yang tepat karena terbentur biaya, dan merasa malu untuk berbaur dengan masyarakat karena merasa anaknya berbeda.

                
Sumber foto : freepik

Dikutip dari beberapa sumber, Autis atau biasa disebut autism spectrum disorder adalah sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya dan mempengaruhi perilakunya sehari-hari atau yang disebut juga dengan neurobehaviour. Tanda seseorang menunjukkan gejala gangguan autis biasanya dapat diamati pada tahun ketiga setelah lahir. Namun, tidak sedikit juga yang sudah mengidap autis sejak lahir


Gangguan autisme memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat diamat. Umumnya, ciri ini dapat dilihat sejak usia mereka masih anak-anak.


Ciri paling umum dari pengidap autis adalah mengalami masalah dengan sosialnya. Misalnya, lebih suka bermain sendiri, berinteraksi dengan orang lain hanya untuk mencapai tujuannya, kontrol emosi yang buruk hingga menghindari kontak fisik dari sosialnya.


Sekilas, beberapa orang dengan autisme terlihat memiliki kendala intelektual, masalah sensorik, problem pendengaran atau penglihatan.  Faktanya, ada berbagai macam tipe autisme. Berbeda tipe, berbeda pula penanganan yang diperlukan.

Diagnosis yang akurat dan sedini mungkin dapat membantu anak-anak autis mendapatkan support dan pendidikan yang sesuai.


Beberapa ahli mengatakan bahwa seseorang mengidap autis karena faktor genetika. Namun, selain faktor genetika, ada faktor lain yang dapat menjadi faktor autis seperti jenis kelamin, faktor keturunan, efek samping alkohol atau obat, mengidap penyakit tertentu, bayi lahir prematur, dan juga usia orang tua ketika hamil.


Teman saya bilang kalau si anak sering tantrum dan bisa menyakiti orang yang ada di sekitarnya. Sungguh rasanya miris banget melihatnya, hanya bisa duduk diam, tanpa bisa melakukan apa-apa, minimal untuk dirinya sendiri.  


Ga kebayang, gimana nanti kalau misal orang tuanya yang pergi mendahului, bagaimana dengan masa depan si anak autis ini? 


Orang Tua Malu Mempunyai Anak Autis?


Stigma autisme di Indonesia masih 

tergolong cukup buruk, sehingga 

banyak orang tua dengan anak autisme 

cenderung malu akan keadaan anaknya 

sehingga tidak mendapatkan edukasi 

yang cukup untuk membesarkan anaknya 

dengan maksimal. 


Sungguh kasihan bukan kalau seperti ini, bagaimana anak-anak autis bisa berdaya minimal untuk diri mereka sendiri?

                 
Sumber foto: Facebook Semangat Astra Terpadu 

Sampai saya membaca profil salah satu profil penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2022  kategori kelompok, beliau adalah Alvinia Christiany yang merupakan co-founder dari "Teman Autis" bersama dengan Ratih sebagai founder. Yang merupakan seorang  corporate legal counsel lulusan Fakultas  Hukum, jurusan Hukum Bisnis, Universitas  Airlangga dan Master of Laws dari  University College London


Alvinia Christiany yang menjadi co-founder serta 6 anggota lainnya dengan beragam 

latar belakang, diantaranya guru anak 

berkebutuhan khusus, dunia digital 

marketing, legal counseling dan lain 

sebagainya.


Anak-anak dengan kebutuhan khusus memang kerap dipandang sebelah mata. Tatapan aneh hingga aksi perundungan sering mereka dapatkan.  Inilah yang menggerakkan hati Alvinia Christiany karena prihatin dengan banyaknya kasus perundungan yang menimpa anak autis di Indonesia.


Alvinia memaparkan bahwa gerakan Teman Autis ini awalnya bernama Light Up Project dan terbentuk pada 2017. Namun, pada 2018, gerakan ini mem-branding diri dengan visi yang lebih spesifik. Bahkan, pada awal mula berdirinya gerakan ini mayoritas menggunakan pendanaan mandiri yang berasal dari para anggotanya.


Untuk selanjutnya mereka mengadakan penggalangan dana yang awalnya ada donatur yang memberikan donasi untuk mereka mengembangkan website ini, tapi tetap mayoritas merupakan pendanaan mandiri.

                
Sumber foto : Instagram @temanaut

Teman Autis didirikan untuk memberikan berbagai macam edukasi mengenai autisme untuk para orang tua yang mempunyai anak dengan diagnosa autisme.  Teman Autis percaya jika orang tua dilengkapi dengan edukasi yang tepat, maka anak autis dapat berkembang dengan maksimal.  Dari mulai seminar hingga turun ke jalan saat car free day jadi cara yang ditempuh gerakan Teman Autis untuk mensosialisasikan autisme.  

Melakukan jalan bareng dengan anak-anak yang punya kondisi autisme beserta orangtuanya juga di car free day Sudirman Jakarta.  Dengan membawa spanduk, mensosialisasikan autisme kepada pejalan kaki yang ada di car free day, sekalian untuk meningkatkan kesadaran autisme di lingkungan sekitarnya.  


Para orang tua yang anaknya menderita autis juga bisa saling mengobrol tentang kondisi masing-masing anak mereka di acara seminar yang agendakan.  Adanya hal ini diiharapkan para orangtua anak-anak autis bisa saling bertemu dan berdiskusi, sehingga dari sinilah terpetakan mengenai kebutuhan mereka. Dari kebutuhan mencari klinik, tempat terapi, hingga sekolah.

             
Sumber foto Instagram @temanautis


Website www.temanautis.com dibentuk oleh Alvinia  pada tahun 2018. Website ini bisa menjadi wadah bagi para orangtua untuk mencari informasi dan masyarakat awam untuk mengenal lebih dekat dengan anak-anak autis.  Memuat direktori tempat-tempat seperti klinik, tempat terapi, sekolah, hingga komunitas-komunitas bagi anak-anak autis. Selain itu terdapat pula berbagai macam artikel tips yang ditulis oleh ahlinya, sehingga memudahkan orangtua untuk mencari informasi dari sumber terpercaya.    Disamping itu juga menyediakan test screening awal bagi orangtua dengan anak usia 4-11 tahun yang ingin mengetahui apakah anak mereka mengalami gejala autisme atau tidak.


Langkah Alvinia Christiany semakin mantap untuk membuat masyarakat bisa mengetahui dan memahami kondisi para anak autis.

Sampai saat ini Teman Autis juga sudah 

bekerjasama dengan 100 lebih klinik, 

tempat terapi, dan sekolah.


Meski sederhana, mimpi mereka mulia, supaya anak-anak autis dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.  Salah satu cara yang ingin dilakukan adalah merangkul mitra dari pulau lain sehingga para orangtua dapat mendapatkan bantuan yang mereka inginkan.


Gerakan Teman Autis juga akan fokus mengembangkan konsultasi online. Hal ini dilakukan dengan cara sosialisasi konsultasi online dengan pergi ke kota lain.  Sehingga para orangtua yang memiliki akses terbatas bisa segera mendapat penanganan dari ahlinya.


Apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards ke-13 untuk kategori kelompok


Dengan segala sepak terjang Alvinia Christanty bersama teman-temannya untuk  membuat Indonesia ramah autis, mereka pun akhirnya bisa menjadi pemenang dan menerima Apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards ke-13 untuk kategori kelompok


Apa yang dilakukan oleh Alvinia Christianty menjadi semangat untuk bangkit bagi para generasi muda supaya tergerak memberikan perubahan dengan melakukan hal kecil yang bermakna. 


Kedepannya masyarakat indonesia bisa menerima teman autis di lingkungannya sehingga mereka mudah menjalankan kehidupan sehari-harinya.


ASTRA mengapresiasi orang-orang yang  berkontribusi dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan untuk kepentingan bersama yang lebih baik. Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia!