Warga Magelang pada hari Minggu (24/3) menggelar Selametan Puser Bumi Merawat NKRI Menjaga Indonesia, di Puncak Bukit Tidar. Arianto, Kepala Desa Jambewangi, Pakis, Kabupaten Magelang mengatakan acara ini berkonsep Selametan Puser Bumi, sebuah doa bersama warga desa diakhiri makan bersama.
"Gagasan selametan ini sebenarnya sudah lama diperbincangkan. Kami warga Magelang mendengar apa yang dilakukan warga di Solo dan Pati awal Maret lalu. Ndilalah warga Magelang juga punya keprihatinan yang sama mengenai situasi politik akhir-akhir ini. Kami kesetrum dengan spirit itu dan semakin gumregah setelah pak gubernur Ganjar menggelar Apel Kebangsaan Kita Merah Putih di Semarang kemarin," kata Arianto.
Selametan Puser Bumi di Puncak Bukit Tidar ini dilaksanakan pada pukul 14.00 WIB. Setiap desa membawa tumpeng sendiri sehingga jumlahnya mencapai 364 tumpeng dan mengusung 21 gunungan. 21 gunungan itu sendiri merupakan representasi dari 21 kecamatan di kabupaten Magelang. Untuk peserta, masing-masing desa mengajak 10 orang warganya. Dan ada 364 desa di wilayah Kabupaten Magelang maka Selametan Puser Bumi kali ini akan ada setidaknya 3,600 orang yang berkumpul.
Selain itu, ada prosesi Umbul Donga. Setiap warga yang hadir menuliskan doa dan pengharapannya untuk Indonesia di secarik kertas. Kertas-kertas doa itu ditempelkan pada instalasi dari bambu. Selanjutnya, instalasi itu dibakar atau dilarung bersama api dan angin agar naik ke langit, menyatu dengan semesta.
Melalui prosesi ini diyakini bahwa seluruh doa bisa menembus dimensi nubuwah, malakut atau bahkan dimensi ilahiah. Dengan demikian, insyaa Allah doa manusia, dikabulkan.
Pada Selametan Puser Bumi kali ini, warga yang hadir dilarang keras membawa atribut partai maupun salah satu pasangan calon presiden. Jadi memang tidak ada atribut partai maupun Paslon presiden, yang ada adalah atribut kebudayaan, pakaian-pakaian adat Jawa, representasi dari laku politik berbangsa yang mengedepankan kebudayaan.
Selametan Puser Bumi atau doa bersama adalah wujud kepedulian warga terhadap situasi berbangsa dan bernegara melalui tradisi lokal masing-masing. Kegiatan serupa sudah berlangsung di Solo, Pati, Grobogan, Karanganyar, Blora, Kendal, Temanggung, Klaten juga masyarakat di lingkungan Candi Cetho, bahkan Bojonegoro dan Gresik di Jawa Timur.
Para Warga bergotong royong menghias hasil bumi. Juga membuat tumpeng yang kemudian dimakan bersama setelah berdoa. Makan bersama ini disebut juga Kembul Bujono. Kembul Bujono adalah ritual makan bersama yang dilakukan di atas Gunung Tidar. Setiap orang yang hadir dapat berkumpul dan bergabung di mana saja untuk ikut makan bersama. Menikmati makan Tumpeng yang telah mereka bawa dengan segala macam lauk lainnya yang tersedia.
Antusiasme masyarakat sangat terlihat pada acara Selametan Puser Bumi di Magelang ini. Tak hanya penduduk lokal, sejumlah masyarakat dari Jombang pun ikut ambil bagian dalam acara ini.
Selametan Puser Bumi atau Sedekah bumi itu sendiri adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi.
Selametan Puser Bumi di Gunung Tidar kota Magelang ini menjadi obyek wisata yang menjadi incaran para penduduk lokal maupun penduduk di sekitaran jawa tengah. Warisan budaya tradisional ini harus kita lestarikan apalagi di kalangan generasi muda, sehingga apa yang menjadi adat istiadat budaya Jawa ini tidak akan luntur dan menjadi warisan turun temurun yang akan terus dilakukan hingga generasi mendatang.
#kendurinusantara2019 #selametanpuserbumi2019 #doaanaknegeri #umbuldonga #merawatNKRI #menjagaindonesia #kitamerahputih #eventmagelang #puncakgunungtidar
3 komentar:
Luar biasa ya acaranya keren banget, semoga Indonesia semakin berjaya dan maju
Mudah-mudahan wilayah lain di luar jawa pun mengadakan hal serupa untuk menjalin persatuan NKRI.
Wah seru banget ya bun acaranya
Posting Komentar