Rabu, 07 November 2018

Musik Sebagai Media Dakwah Di Era Millenial


                     
                         Para Narasumber

Seni Musik sebagai wahana dakwah di era milenial .  Tidak dipungkiri, musik menjadi hal yang cepat dan mudah ditangkap oleh pendengarnya. Alunan musik , lirik lagu yang mendayu, menjadi daya pikat tersendiri bagi yang menikmati.  Terkadang bahkan seseorang tidak tahu lirik lagu dan maksud yang tersirat dari lagu yang didengarkan.  Tetapi dengan mudahnya menikmati dan ikut berdendang seolah-olah menghayati dan tahu benar lagu tersebut.

Tengoklah grup musik "Sabyan Gambus". Dalam sekejap mereka tenar.  Lagu-lagu mereka diputar dimana-mana.  Anak-anak muda yang notabene generasi millenial seolah tersihir dengan suara Sang Vocalis , Nisya yang bagus dan enak didengar.  Alunan musiknya yang lembut,  bagaikan siraman air hujan di kala musim kemarau.  Walaupun mungkin sebagian pendengar tidak tahu arti dari lagunya.  Tetapi mereka tetap menikmati dan ikut  bersenandung.  Terbukti kan bahwa musik sangat mudah mengena dan diterima di masyarakat luas.

Namun perkembangan musik yang bermanfaat dan sesuai kaidah  tidak sejalan dengan banyaknya lagu-lagu yang didengarkan.  Karena tidak semuanya pas dan sesuai dengan hakekat Islam.  Miris juga mendengar anak-anak yang menyanyikan suatu lagu namun liriknya abstrak dan seperti suatu hal yang tidak pantas.

Untuk itulah Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia  bersama para ulama dan musisi mengadakan :

"Halaqoh Serial Seni dan Budaya Islam  Meeting Forum  Musisi - Ulama ". 

Acara yang berlangsung pada tanggal 31 Oktober 2018 tersebut diselenggarakan di Aula Gedung MUI Pusat, Jakarta.  Acara ini di hadiri oleh narasumber :
1. Habbiburrahman El-Shirazy ( Kang Abik)
2. K.H.Cholil Nafis
3. Dwiki Darmawan
4. K.H. Shodiqun
5. Erick Yusuf ( moderator )
6. Agus SNADA

                         
                               MUI Pusat 
                          ( tampak depan )

Sebelumnya mari kita mengenal halaqoh terlebih dahulu. Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan minhaj (kurikulum) tertentu. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga dengan mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya. ( My Halaqoh )

Sebuah halaqah dalam terminologi Islam adalah pertemuan agama atau pertemuan untuk mempelajari Islam dan Al-Qur'an. Umumnya, ada satu atau lebih pembicara utama yang menyajikan topik halaqah yang sudah ditentukan sementara yang lain duduk di sekitar mereka dan mendengarkan. ( Wikipedia )

                     

Acara disambut dengan penampilan dari grup Marawis.
                     
                              Kang Abik

Ketua Komisi Seni Budaya Islam, Kang Abik, mengatakan bahwa  :
1. Musik sudah dikenal setiap orang sejak kecil.
2. Musik sangat urgent untuk menjadi wasilah dalam dakwah.
3. Musik menghidupkan kembali seni budaya Islami yg ada di nusantara yang sudah hampir tidak ada.
4. Musik menciptakan suasana kebudayaan seni untuk kebaikan umat.
                     
                              Al - Farabi
                 ( pict.wawasansejarah.com)

Sejarah musik tidak terlepas dari Al-Farabi
Al-Farabi merupakan filsuf Islam terbesar, ia memiliki keahlian di berbagai bidang, di antaranya adalah ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqh, dan manthiq.

Al-Farabi adalah salah satu penemu not musik.  Karangan beliau menjadi  buku rujukan utama ilmu dasar musik di barat.

Musik dapat menjadikan suasana menjadi tenang. Musik  digunakan sebagai therapi.
Musik mengandung kualitas kosmik.
Musik adalah bahasa jiwa.
Alunannya dapat dirasakan juga  kelembutannya.

Musik sebagai media dakwah. Generasi milenial terbuka dengan tekhnologi. Mereka terkoneksi dengan smartphone nya. Dengan smarthphone yang dipunyai, mereka bisa memutar, mendengarkan segala jenis musik yang disukai.  Maka dari itu musik bisa kita jadikan sebagai media untuk kita berdakwah.

Dalam tujuan dakwah, kemampuan untuk membuat konten dan visual yang baguslah yang kita tunjukkan untuk menarik minat mereka.  Sehingga tujuan dari dakwah kita bisa tersampaikan dan tercapai.

                       
                         Dwiki Darmawan
                                ( tengah )

Dwiki Darmawan
Dwiki sebagai penggiat musik yang sudah lama malang melintang, mengalami berbagai fase yg dilalui sebagai pengalaman yg berharga. Dwiki mengenal Pop Culture  sebagai musik populer yang masuk dalam kategori world music.  Hal ini menjadikan musik-musik Islam terpinggirkan.  Mulai tahun 60-an di Rusia ada musisi- musisi Islam. Berlanjut
tahun  2000-an  muncul musisi seperti Sammy Yusuf.
Berkaitan dengan musik sebagai media dakwah,  yang harus digali adalah kekuatan nusantara.  Apa yang ada didaerah di Indonesia, di eksplor untuk menjadi produk unggulan.  Karena banyak musisi-musisi daerah yang berpotensi mengembangkan dakwah mereka melalui musik.  Bisa dengan jalan dibuatkan label musik.
                     
              ( ki-ka : K.H. Sodiqun, Dwiki  
             Darnawan , Kang Abik )

K.H. Shodiqun
Musik bersifat universal dan telanjang.  Telanjang dalam artian  bagaimana kita bisa membingkai dengan nafas-nafas kehidupan yang berkaitan Islami.
Musik salah satu bentuk komunikasi massa. Dan dakwah sifatnya universal.  Jadi tidak bisa memilih khalayaknya,  mana yang menyukai, maupun yang tidak menyukainya.
Hakikat musik adalah bunyi. Ketika kita ingin melihat apa awalnya kebutuhan manusia terhadap musik, tidak hanya sebagai hiburan saja.
Dimensi musik sangat lah luas. Dan Religi membutuhkan musik.

"Apa karakteristik musik dikatakan sebagai medium wasilah dakwah? Karena kaitannya dgn konten dan messagenya".

Religi terkesan dengan pesannya.  Pesan apa yang ingin disampaikan melalui musik agar mengena pada generasi milenial dan mereka tidak menyimpang dari kaidah Islam.

K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D atau biasa disapa Kiyai Cholil, Ustad Cholil Nafis, Pak Cholil mengatakan bahwa musik sekarang dikenal dengan fitur-fiturnya yang kekinian.  Pada dasarnya musik Islami bisa dinikmati semua kalangan usia, namun tentu ada batasannya.

                       
                                   AGUS

Agus SNADA menambahkan, para pelaku nasyid jangan terjebak dengan kemasan.  Buatlah musik Islami yang bagus, yang memberikan pesan yang mengena.

Dakwah tidak terlepas dari seni budaya yaitu musik.  Namun musik yang Islami lah yang diperdengarkan.  Musik yang sarat akan pesan-pesan yang  Islami.

                     


Mengutip dari pendapat  Imam Al Ghazali bahwa jika mendengarkan musik serta nyanyian tidaklah berbeda dengan mendengarkan berbagai bunyi dari makhluk hidup ataupun benda mati dan juga mendengar perkataan seseorang. Apabila pesan yang disampaikan dalam musik adalah baik dan memiliki nilai keagamaan, maka ini tidak jauh berbeda dengan nasihat serta ceramah keagamaan.

                     
           Blogger Halal bersama Kang Abik

Untuk mengetahui dan mengikuti informasi terkini tentang seni dan budaya Islam,  bisa follow Komisi Seni dan Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia, di :
Instagram : @ksbimui
Twitter : @KsbiMui
Facebook : Senibudaya Mui


Terima kasih, semoga bermanfaat .


1 komentar:

Tetty Hermawati mengatakan...

Aku juga suka banget sama sabyan, alhamdulilah sholawatan jadi indah ya karena musik