Rabu, 23 September 2020

#Obati Pikun : Kenali Gejala dan Cara Pengobatan Demensia Alzheimer


                 


Pernahkah kalian merasa terkadang lupa menaruh barang? Atau lupa dengan apa yang barusan dikatakan? Hati-hati yah, bisa jadi itu merupakan gejala pikun atau demensia Alzheimer. 

Penyakit Alzheimer adalah penyakit otak yang mengakibatkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan bicara, serta perubahan perilaku secara bertahap. Kondisi ini banyak ditemukan pada orang-orang di atas 65 tahun.

Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum dan bertanggungjawab atas 60-80 persen dari seluruh kasus demensia. 

Demensia adalah gangguan otak yang mengakibatkan hilangnya kemampuan intelektual dan sosial seseorang. Penyakit ini tergolong sebagai penyakit progresif yang mengganggu fungsi mental seseorang, seperti memori dan perilaku.

Memperingati hari Alzheimer sedunia yang jatuh pada bulan September, diadakan "Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia" yang merupakan bagian dari Kampanye #ObatiPikun .

              


Acara ini diharapkan dapat membuka wawasan kita mengenai Demensia Alzheimer dan mengedukasi masyarakat lebih luas bahwa pikun bukanlah proses penuaan yang wajar sehingga harus diobati.

Mengobati pikun sedini mungkin bisa memperlambat kerusakan otak.

        


dr. Iskandar Linardi, President Director PT. ESAI Indonesia dalam sambutannya mengatakan bahwa di Indonesia, Demensia Alzheimer menempati posisi ke-7 penyebab kematian. Untuk itu penting sekali deteksi dini untuk penanganannya yang tepat. 

Lebih lanjut DR. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.S(K), Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSSI, beliau mengatakan bahwa Demensia Alzheimer adalah penyakit penurunan fungsi otak. Sekarang ini tidak hanya terjadi pada lansia ( lanjut usia ) saja. Tidak tertutup kemungkinan diusia muda pun bisa terkena penyakit ini. Pikun atau Demensia Alzheimer bukan kondisi normal.

Hal ini bisa mengakibatkan dampak secara sosial ekonomi,  fungsional, bahkan bisa berdampak secara nasional.

Pada tahun 2013 tercatat  satu juta orang terkena Demensia Alzheimer. Diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat sebanyak dua kali lipat. Bahkan pada tahun 2050 bisa meningkat menjadi 4 juta orang.

Ini adalah dampak yang sangat besar bagi kelangsungan hidup. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan mengobati pikun ini, akan mengakibatkan hambatan dalam perawatan. 

Dengan #ObatiPikun ini diharapkan akan meningkatkan awarness masyarakat terhadap Demensia Alzheimer.

                


Agar masyarakat lebih mengenal gejala dan cara #ObatiPikun , dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K) menjelaskan tentang Aplikasi EMS ( E- Memory Screening ). Aplikasi ini bisa di unduh di Google play dan AppStore dengan nama EMS Sahabat. 

                  


Di dalam Aplikasi EMS Sahabat terdapat fitur :

1. Tes skrining yang terpercaya

2. Edukasi informasi yang terpercaya

3. Direktori rujukan dengan teknologi GPS

                 


Untuk memudahkan deteksi gejala demensia, silakan unduh aplikasi EMS (e-Memory Screening) di Appstore atau Google Play dan segera konsultasikan ke dokter apabila memiliki sejumlah gejala yang diwaspadai.

               


 

dr. Siti Halimah SP.KJ, MARS, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan jiwa dan Napza Kemenkes RI, membuka secara resmi "Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia" yang merupakan bagian dari Kampanye #ObatiPikun. Hal ini menurut beliau adalah merupakan momentum bagi kita untuk menyadari pentingnya melindungi para lansia agar terhindar dari Demensia Alzheimer. 

Pemerintah dalam hal ini sudah melakukan penyusunan rencana aksi Nasional untuk mencegah Demensia Alzheimer. Beberapa diantaranya yaitu :

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan GERMAS

2. Mengembangkan deteksi dini Demensia Alzheimer

3. Meningkatkan akses pelayanan masyarakat

4. Meningkatkan survey terhadap para penderita penyakit Demensia Alzheimer

Sesuai dengan Peraturan  menteri Kesehatan no. 4 tahun 2019.


#ObatiPikun Dengan Mengenal Gejalanya


Penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Akan tetapi diduga Alzheimer terjadi karena pengendapan protein di dalam otak, sehingga menghalangi asupan nutrisi ke sel-sel otak.

                


dr. Sri Budhi Risnawati, Sp.S(K) menjelaskan bahwa pikun adalah ketika seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Ini adalah menurunnya kemampuan berpikir pada otak seseorang. Dalam dunia medis disebut demensia yaitu penurunan fungsi botak seperti menurunnya daya ingat dan kecepatan berpikir serta berperilaku.

Pikun bukanlah hal normal dalam proses penuaan. Pikun dapat beresiko menjadi penyakit Demensia. Lebih dari 50 juta orang mengalami DemensiaDemensia Alzheimer menempati terbanyak yaitu 60-70%. 

Gejala Penyakit Alzheimer pada tahap awal, penderita penyakit Alzheimer akan mengalami gangguan daya ingat yang sifatnya ringan atau pikun, seperti lupa nama benda atau tempat, serta lupa kejadian atau isi percakapan yang belum lama terjadi. Seiring waktu, gejala tersebut akan bertambah parah.

Pada tahap lanjut, penderita penyakit Alzheimer sulit bicara atau menjelaskan suatu hal, sulit untuk merencanakan sesuatu, sulit membuat keputusan, kerap terlihat bingung, serta mengalami perubahan kepribadian.


Pengobatan Penyakit Alzheimer

Pengobatan penyakit Alzheimer dilakukan untuk mengurangi gejala dan perkembangan penyakit tersebut. Pengobatan penyakit Alzheimer yakni pemberian obat-obatan seperti rivastigmine dan psikoterapi untuk menstimulasi dan merelaksasi otak pasien.

Pasien Alzheimer akan mengalami penurunan kemampuan otak, daya ingat, dan semakin kehilangan kemampuan untuk mengontrol buang air. Hal-hal itu dapat menyebabkan pasien rentan jatuh, mengalami kurang gizi, tidak dapat berkomunikasi, maupun terkena infeksi dan mengalami berbagai komplikasi lainnya.

Siapa yang beresiko terkena Alzheimer?

• Usia lanjut

Diabetes melitus yang tidak terkendali

Hipertensi

Stroke dan penyakit jantung koroner

• Kadar lemak tidak normal

Obesitas ( kegemukan )

Disfungsi thyroid

Depresi

• Kekurangan vitamin B12

• Keturunan

• Merokok

• Kurang Olahraga

• Pengaruh Obat-obatan


Pencegahan Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer bisa dicegah dengan beberapa cara, misalnya:

- Berhenti merokok

- Menjaga berat badan tetap ideal

- Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang

- Rutin berolahraga


Pengobatan Penyakit Alzheimer

1. Obat-obatan.

Obat Alzheimer saat ini dapat membantu dengan gejala memori dan perubahan kognitif lainnya. 

2. Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Suportif.

Penyesuaian situasi hidup dengan kebutuhan seseorang dengan Alzheimer adalah hal penting dari setiap rencana perawatan. Untuk seseorang dengan Alzheimer, membangun dan memperkuat kebiasaan rutin dan meminimalisir tugas yang membutuhkan memori dapat membuat hidup mereka berjalan jauh lebih mudah.

3. Olahraga.

Olahraga rutin adalah hal penting untuk pengidap Alzheimer, karena dapat meningkatkan mood dan menjaga kesehatan sendi, otot, dan jantung. Olahraga juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mencegah konstipasi. Pastikan pengidap memakai tag nama berisikan alamat dan nomor yang dapat dihubungi setiap kali pengidap pergi berolahraga atau berjalan.

4. Nutrisi.

Orang dengan Alzheimer sering kali lupa makan, kehilangan minat dalam menyiapkan makanan atau tidak mau makan kombinasi makanan yang sehat. Mereka mungkin juga lupa minum cukup banyak, menyebabkan dehidrasi dan sembelit.


Demensia di Masa Pandemi Covid-19

               


  

Dr. dr. Junita Maja Pertiwi , Sp.S(K), bahwa definisi Demensia adalah suatu kumpulan gejala klinis yang khas yang ditandai gangguan kognisi, perilaku dan aktivitas kehidupan keseharian. 


Gangguan kognitif dan perilaku:

Atensi

Konsentrasi

Memori

• Bahasa

Orientasi

• Berpikir abstrak

• Menilai diri sendiri

• Berperilaku

• Berwawasan / pengertian


Gangguan Perilaku Demensia :

- Melihat sesuatu tapi tanpa realita /delusi

- Senang berlebihan tanpa alasan / eforia

- Perilaku yang menyimpang

- Gelisah, mudah marah

- Halunisasi

- Depresi

- Apatis

- Cemas


Dampak Pandemi Covid-19 pada orang dengan demensia ( ODD) :

Faktor eksternal : resiko terpapar covid-19 , resiko menjadi pasien covid , resiko depresi, resiko perburukan kognitif, resiko perburukan perilaku, resiko perburukan penyakit penyerta dan lainnya.

Sedang faktor internal : komunikasi verbal berkurang, relasi Keluarga berkurang, proses berpikir terganggu, perawatan diri terganggu, imbalans nutrient, hygiene diri terganggu, resiko cedera, resiko infeksi, inkontonensia, konstipasi.


Strategi dan Tips Hidup Dengan ODd di Masa Pandemi Covid-19


INTERAKSI DENGAN ODD

 * Kita adalah pengganggu ~ Sabar dan mengalah.  

 * Drama menjadi nyata ~  Bantu selesaikan drama .. 

 * Takut akan malam hari ~ Beri bantuan  

 * Wajah asing di cermin ~ hindari pemasangan cermin 

 * Mudah berubah pikiran ~ Jangan masuk 

 * Momen normal ~ Masuklah ke dunianya


INTERAKSI DENGAN ORANG LAIN

* Inisiatif mencari informasi perawatan ODD di masa pandemi COVID-19 

* Inisiatif mencari bantuan pihak yang berkompeten (mengenai gejala dan tanda COVID-19 pada ODD) 

* Membagikan kisah ke komunitas caregivers 

* Membagi tugas dengan caregivers lain (keluarga)


INTERAKSI INTRAPERSONAL 

* "Pakailah masker and barulah menolong orang lain" 

* Takut dan mengasihani diri adalah musuh sejati * Sadar / Refleksi diri: 'fire together wire together' 

* Beri perhatian dan jangan lupa mohon maaf 

* Jika ingin Bahagia, berbahagialah


Just Left Them Live in Peace

                 


Jaga kenangan indah anda hingga hari tua dengan menjaga kesehatan otak agar terhindar dari pikun.

  


#ObatiPikun


Tidak ada komentar: