Tidak dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini sangat dirasakan manfaatnya. Berinteraksi dan berkomunikasi bisa dengan mudah hanya dengan menggunakan gadget. Para pengguna juga bisa menggunakan gadget untuk menjalankan hobi yang disukai.
Gadget adalah perangkat elektronik atau mekanik yang memiliki fungsi khusus dan ukuran kecil. Gadget seringkali dianggap sebagai sesuatu yang baru dan cerdik.
Secara garis besar , gadget memiliki banyak manfaat, di antaranya:
• Komunikasi: Gadget dapat mempermudah komunikasi manusia dengan cara yang lebih cepat, praktis, dan efisien.
• Sosial: Gadget dapat digunakan untuk berbagi berita, kabar, dan cerita, sehingga dapat menambah teman dan menjalin hubungan.
• Pendidikan: Gadget dapat digunakan untuk mengakses berbagai ilmu pengetahuan, seperti pendidikan, politik, ilmu pengetahuan umum, dan agama.
Istilah gadget berasal dari bahasa Inggris yang artinya gawai.
Saat sudah menggunakan gadget , jadi bisa lupa hal yang lainnya. Gagdet menjadi barang penting untuk aktivitas sehari-hari Misalnya, untuk mendengarkan musik, berfoto, mencari lokasi, mencari informasi dan masih banyak hal lainnya yang bisa dengan mudah ditemukan dengan menggunakan gadget.
Pengguna gadget bukan hanya kalangan orang dewasa, namun juga anak-anak.
Dengan adanya gadget, dan tanpa pengawasan dari orang tua secara intensif, bisa menjadikan anak jadi kecanduan. Sungguh miris banget!
Bahkan dari beberapa artikel yang saya baca, kecanduan gadget ini bisa mengarah ke hal yang mengkhawatirkan yaitu kemungkinkan terjadinya masalah sosial seperti menarik diri dan kesulitan dalam aktivitas sehari- hari.
Sebagai orang tua dengan anak yang masih usia sekolah , saya juga mengalaminya. Anakku jadi kecanduan gadget untuk bermain games. Berdalih membutuhkan gadget untuk tugas-tugas sekolahnya, dan intensitas anak memegang gadget dalam waktu yang lama, juga kurang pengawasan, akhirnya anakku pun jadi kecanduan dengan gadget.
Bingung dan khawatir pastilah kurasakan, kadang menyesali diri mengapa kurang kontrol dengan anak. Berbagai cara sudah dilakukan, dari menasehati , menegur dengan halus, akhirnya malah membuat "darah tinggi". Bagaimana tidak lelah hati, si anak malah lebih asik bermain games di gadgetnya dan menjadi kurang empati dengan lingkungan sekitarnya.
Bagaimana Caranya Agar Anak Bisa Lepas Dari Kecanduan Gadget?
![]() |
Pict by IG @kampunglaoigadget |
Beruntung sekali saya menemukan dan membaca profil salah satu profil penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2021 di bidang pendidikan , beliau adalah Achmad Irfandi, dari Sidoarjo, Jawa Tengah yang menggerakkan Kampung Lali Gadget (KLG).
Ini menarik sekali dan saya langsung merasa cocok banget. Sebagai langkah awal memang saya merasakan kalau hal ini cocok untuk di aplikasikan ke anak nih!
Achmad Irfandi, seorang pemuda asli Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, sejak 1 April 2018 menggerakkan program Kampung Lali Gadget ( KLG ). Irfandi menggerakkan program ini berdasarkan kekhawatirannya terhadap bahaya kecanduan gadget yang dialami anak- anak. Meskipun di kampung tempat tinggal tidak ada kasus serupa, Irfandi menggerakkan kegiatan ini untuk mengantisipasi agar kecanduan gawai bisa terhindar di lingkungan tempat tinggalnya.
Saat sering melihat anak kecil nongkrong di warung kopi demi "nunut " wifi untuk memainkan gadgetnya, Irfandi merasa nelangsa. Padahal masa kanak-kanak yang mestinya diisi dengan bermain, bergerak, dan tertawa malah tergantikan dengan acara duduk diam sembari menatap layar Handphone berjam-jam.
Irfandi berpendapat bahwa teknologi ponsel pintar dan era serbuan media sosial membuat hidup masyarakat lebih banyak dikuasai gawai mereka. Kepedulian pada orang sekitar berkurang. Mereka lebih berfokus pada orang di dunia maya. ’’Masyarakat aktif bermedia sosial. Namun, kehilangan jiwa sosial. Setuju sekali bukan? Ya karena sebagai orang tua yang masih punya anak usia sekolah, saya pun mengalaminya.
Program Konservasi Budaya untuk Mengangkat Permainan Tradisional
![]() |
Pict by IG @kampunglaligadget |
Kampung Lali Gadget berfokus pada kegiatan yang diadakan yaitu program konservasi budaya untuk mengangkat permainan tradisional yang ternyata cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai.
Saat itu Irfandi berhasil meyakinkan perangkat desanya untuk meminjamkan lahan seluas 45 x 50 meter untuk proyek tersebut. Tidak hanya itu, para warga sekitar juga diberdayakan untuk membuat mainan dan menjualnya. Mereka juga bisa menjual makanan dan minuman untuk pengunjung.
Kampung Lali Gadget merekrut kawan-kawan pemuda di Desa Pagerngumbuk dan pemuda di Sidoarjo. Pemberdayaan pemuda dan masyarakat dilakukan di dalam dan di luar desa. Pemuda yang diberdayakan bertugas sebagai perencana, fasilitator edukasi, dan pendamping.
Pada awalnya sebanyak 475 anak hadir. Mereka berasal dari Surabaya dan Sidoarjo. Mereka pun asyik memainkan aneka permainan tradisional mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Melihat respons yang bagus, Irfandi pun meneruskan kegiatan tersebut. Berlanjut ke pekan depan, pekan depannya lagi, bahkan hingga rata-rata 100 lebih anak yang hadir yang berlangsung setiap minggu tersebut.
Agar anak tidak bosan, setiap pekan temanya tidak sama. Tapi, permainan tradisional selalu dihadirkan, misalnya, egrang, kelompen tali, kelompen panjang, lompat telapak kaki, dan masih banyak lainnya yang membuat anaka-anak merasa nyaman hingga lupa dengan gadget-nya ( lali gadget)
![]() |
Pict by IG @kamounglaligadget |
Apa yang dilakukan oleh Irfandi dan kawan-kawan pemuda di Desa Pagerngumbuk dan pemuda di Sidoarjo sungguh luar biasa. Program Kampung Lali Gadget ini mengajarkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, permainan tradisional yang sangat bermanfaat untuk anak mengurangi kecanduan gawai. Lebih jauh lagi, program ini juga membantu mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Selain menjaga agar permainan tradisional tak punah, Kampung Lali Gadget juga membuat pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat berjalan. Pengunjung bisa mengoleksi langsung permainan tradisional yang dipasarkan seperti kitiran bambu, kitiran klutuk, toktok, hingga gasing bunyi. Termasuk tekotek, seruling suit, dan bola bekel. Dengan mainan ini, anak-anak makin mengenal beragamnya permainan tradisional.
Saya jadi teringat jaman kecil dulu, betapa asyiknya bisa memainkan permainan tradisional tersebut dengan teman-teman. Rasa kebersamaan, dan empati juga tercipta dari bermain bersama. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh anak saya saat ini. Saya jadi terinspirasi dari Achmad Irfandi ini untuk mengenalkan juga permainan tradisional ini kepada anakku dan juga teman-temannya kelak agar lebih kreatif sehingga tidak lagi kecanduan gadget.
Untuk info lebih lengkapnya tentang Kampung Lali Gadget bisa kunjungi Instagram @kampunglaligadget
Dengan apa yang sudah dilakukan oleh Achmad Irfandi ini , pantaslah beliau menjadi salah satu Penerima Apreasiasi Satu Indonesia Awards. Yang dilakukannya sungguh luar biasa di tengah gempuran game-game yang ada di gadget anak-anak. Irfandi menggerakkan anak-anak untuk bermain dengan permainan tradisional yang mengasah kreativitas anak.
Achmad Irfandi menjadi semangat untuk bangkit bagi para generasi muda supaya tergerak memberikan perubahan dengan melakukan hal kecil namun sangat bermakna.
Kedepannya setiap masyarakat indonesia, tentunya bisa menerapkannya pada anak-anak.untuk mengurangi kecanduan pada gadget.
ASTRA mengapresiasi orang-orang yang berkontribusi dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan untuk kepentingan bersama yang lebih baik.
Apresiasi ini diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat melalui lima bidang, kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, teknologi serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut
Untuk informasi lebih lengkap tentang SATU Indonesia Awards dapat diakses melalui www.satu-indonesia.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar